![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjv_ec-92Q3ptbM60lO6Ho4PCeAYPFlt0D5GfRf1jPZ17vA_fpYehfsp_J_IExmnqX2DxPUeSVSPopsGFQ3EbtS9fOMOQio9L80G8AkYwaud73FcGSQ4U1L-d9wg4pLIgydqGMW97UpZH-URftNT3QjbmJMnE56pX6ayhFuIhW25V1f37qFeAIJwLQSEA/w640-h360-rw/WhatsApp%20Image%202022-10-23%20at%2020.07.36.jpeg)
Oleh: Tatu Fitri Awaliyah, S.Pd
Penggunaan metode yang tepat dalam pengajaran merupakan hal sangat penting diperhatikan, karena keberhasilan pengajaran sangat tergantung kepada cocok tidaknya penggunaan metode pengajaran terhadap suatu topik yang diajarkan sehingga tujuan pengajarannya tercapai dengan baik.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Apabila kata metode disandingkan dengan kata pembelajaran, maka berarti suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan, menguasai bahan pelajaran tertentu.
Sehubungan dengan pentingnya penggunaan metode pembelajaran, penulis mencoba memaparkan salah satu metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran dikelas yaitu metode discovery learning yang merancang pembelajaran aktif, efektif dan menarik yang menuntut secara maksimal kemampuan siswa, mencakup prestasi akademik, peningkatan kepercayaan diri dan motivasi belajar serta interaksi antar siswa dalam kelompok belajar.
Berikut ini beberapa pengertian discovery learning:
1. Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
2. Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), Model discovery learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan siswa mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
3. Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Suryasubrata, 2002:193).
4. Menurut Ruseffendi (2006:329), metode Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
5. Menurut Asmui (2009:154), metode Discovery Learning adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yng diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah untuk dilupakan siswa.
1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.
Bentuk metode pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya kelas, yang dijelaskan lebih detail sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009:187):
1. Sistem satu arah. Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah yang dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery.
2. Sistem dua arah. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.
Metode pembelajaran merupakan suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Apabila kata metode disandingkan dengan kata pembelajaran, maka berarti suatu cara atau sistem yang digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan agar anak didik dapat mengetahui, memahami, mempergunakan, menguasai bahan pelajaran tertentu.
Sehubungan dengan pentingnya penggunaan metode pembelajaran, penulis mencoba memaparkan salah satu metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran dikelas yaitu metode discovery learning yang merancang pembelajaran aktif, efektif dan menarik yang menuntut secara maksimal kemampuan siswa, mencakup prestasi akademik, peningkatan kepercayaan diri dan motivasi belajar serta interaksi antar siswa dalam kelompok belajar.
Pengertian Discovery Learning
Model pembelajaran penemuan (discovery learning) diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi ketika siswa tidak disajikan informasi secara langsung tetapi siswa dituntut untuk mengorganisasikan pemahaman mengenai informasi tersebut secara mandiri. Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang yang saintis (ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencipta ilmu pengetahuan.Berikut ini beberapa pengertian discovery learning:
1. Menurut Hosnan (2014:282), discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar penemuan, siswa juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
2. Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), Model discovery learning adalah proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya,tetapi diharapkan siswa mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
3. Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Suryasubrata, 2002:193).
4. Menurut Ruseffendi (2006:329), metode Discovery Learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.
5. Menurut Asmui (2009:154), metode Discovery Learning adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yng diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah untuk dilupakan siswa.
Jenis dan Bentuk Discovery Learning
Menurut Suprihatiningrum (2014:244), terdapat dua cara dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning), yaitu:1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning) yakni pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.
Bentuk metode pembelajaran Discovery Learning dapat dilaksanakan dalam komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah bergantung pada besarnya kelas, yang dijelaskan lebih detail sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009:187):
1. Sistem satu arah. Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah yang dilakukan guru. Struktur penyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery.
2. Sistem dua arah. Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat atau benar.
Karakteristik dan Tujuan Discovery Learning
Menurut Hosnan (2014), ciri atau karakteristik Discovery Learning adalah:
1. Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, mengabungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan
2. Berpusat pada siswa
3. Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Sedangkan menurut Bell, metode Discovery Learning meliliki tujuan melatih siswa untuk mandiri dan kreatif, antara lain sebagai berikut (Hosnan, 2014):
1. Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2. Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
5. Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6. Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.
Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar, Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah
3. Data Collection (Pengumpulan Data)
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5. Verification (Pembuktian)
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Suherman, dkk (2001:179) menyebutkan terdapat beberapa kelebihan atau keunggulan metode Discovery Learning, yaitu:1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2. Siswa memahami benar bahan pelajarannya, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama untuk diingat.
3. Menemukan sendiri bisa menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorongnya untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
Sedangkan menurut Kurniasih, dkk (2014:64-65), metode Discovery Learning juga memiliki beberapa kelemahan atau kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karna membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori untuk pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama.
4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
§ Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
§ Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi aksara.
§ Taniredja,Tukiran dkk. 2012. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta
§ Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
§ Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
§ Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
§ Hamalik, Omar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo
§ Veerman, k. 2003. Intelligent Support for Discovery Learning. Twente: Twente University Press.